PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Berikut beberapa pengertian kepemimpinan
menurut para ahli:
1.
George R. Terry (yang dikutip dari Sutarto, 1998 :
17)
Kepemimpinan adalah
hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk
bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan
2.
Rauch &
Behling (1984)
Kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi aktifitas-aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke
arah pencapaian tujuan.
3.
Theo Haiman & William G.Scott (1974)
Kepemimpinan adalah
proses orang-orang diarahkan ,dipimpin, dan dipengaruhi dalam pemylyhan dan
pencapayan tujuan.
4.
.Pengertian kepemimpinan secara umum
Kepemimpinan adalah
sikap dan prilaku untuk mempengaruhipara bawahan agar mereka mampu bekerja
sama,sehingga membentuk jalinan kerja yang harmonis dengan pertimbangan aspek
efisien dan efektif untuk mencapai angka
produktifitas kerja sesuai dengan yang telah ditetapkan.
DASAR
HUKUM KEPEMIMPINAN DALAM AL-QURAN
كَانَالنَّاسُأُمَّةًوَاحِدَةًفَبَعَثَاللَّهُالنَّبِيِّينَمُبَشِّرِينَوَمُنْذِرِينَوَأَنْزَلَمَعَهُمُالْكِتَابَبِالْحَقِّلِيَحْكُمَبَيْنَالنَّاسِفِيمَااخْتَلَفُوافِيهِوَمَااخْتَلَفَفِيهِإِلَّاالَّذِينَأُوتُوهُمِنْبَعْدِمَاجَاءَتْهُمُالْبَيِّنَاتُبَغْيًابَيْنَهُمْفَهَدَىاللَّهُالَّذِينَآَمَنُوالِمَااخْتَلَفُوافِيهِمِنَالْحَقِّبِإِذْنِهِوَاللَّهُيَهْدِيمَنْيَشَاءُإِلَىصِرَاطٍمُسْتَقِيمٍ
Artinya : Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah
timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi
peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi
keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah
berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada
mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang
nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk
orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka
perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan
Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang
lurus.(Q.S.al-Baqarah: 213).
Ayattersebutmenerangkanbahwasebuahorganisasihendaknyabersatudenganmenghindarikonflik
yang menyebabkanperpecahanantarasatudengan yang lain. Makadariitu,
dalamsebuahorganisasihendaknyaselalumenjunjungpersatuandankesatuanorganisasi.
Ayattersebutjugamenerangkantentangpengambilankeputusandalamsebuahorganisasidanjugaberorientasipadapenyelesaianmasalah.Hendaknyasemuaperkara
yang
diselisihkandalamsebuahorganisasiitudiselesaikandengandikembalikankepadametodepengambilankeputusan
yang diajarkanoleh Allah, sebagaimana yang terdapatdalam al-Qur’an danhadits,
yaitumetodemusyawarah.Jadimusyawarahmerupakancara yang
tepatuntukmengatasikonflik yang mampumenyebabkanperpecahandalamtubuhorganisasi,
denganmengambilkeputusan yang bijak.
Pemimpin yang ideal adalah pemimpin
yang caramemimpinya beracuan Al-Quran dan Hadist sebagai sumber hukum utama
ajaranIslam. Tidak semata-mata membuat aturan sendiri yang menyimpang dari
ajaranIslam. Banyak sekali orang yang kurang tahu tentang kriteria pemimpin
menurutpandangan Islam dan cara memimpin dalam Islam. Keaadaan ini
sangatmengkhawatirkan, melihat banyaknya perilaku masyarakat yang tidak sesuai
denganyang diajarkan dalam Islam. Salah satu penyebab dari kekacauan yang
akhir-akhirini terjadi adalah peran pemimpin yang kurang mampu membawa
masyarakat kearahyang lebih baik.
Islam sebagai rahmat bagi seluruh
manusia, telah meletakkan persoalan pemimpin dan kepemimpinan sebagai salah
satu persoalan pokok dalam ajarannya. Beberapa pedoman atau panduan telah
digariskan untuk melahirkan kepemimpinan yang diridai Allah SWT, yang membawa
kemaslahatan, menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat kelak.
Sejarah Islam telah membuktikan
pentingnya masalah kepemimpinan ini setelah wafatnya Rasul. Para sahabat telah
memberi penekanan dan keutamaan dalam melantik pengganti beliau dalam memimpin
umat Islam. Umat Islam tidak seharusnya dibiarkan tanpa pemimpin. Sayyidina
Umar R.A pernah berkata, “Tiada Islam tanpa jamaah, tiada jamaah tanpa
kepemimpinan dan tiada kepemimpinan tanpa taat”. Pentingnya pemimpin dan
kepemimpinan ini perlu dipahami dan dihayati oleh setiap umat Islam di negeri
yang mayoritas warganya beragama Islam ini, meskipun Indonesia bukanlah negara
Islam.
Kepemimpinan ini timbulkarena sudah
tidak ada lagi Rasul atau nabi setelah NabiMuhammad SAW wafat.Maka ada bebrapa
kriteria pemimpin yang baik.
1. Beriman & Bertaqwa dengan
sebenarnya, yaitu: mampu memelihara hubungan baiknya dengan Allah (seperti
dengan shalat), memelihara hubungan baiknya dengan manusia (seperti dengan
zakat) & tunduk secara bersama kepada Allah, Rasul-Nya & orang-orang
beriman.
2.
Amanah
/credible / dapat dipercaya sebagai wujud keimanannya pad Allah (HR. Ahmad, QS.
2: 283). Allah mengisyaratkan untuk mengangkat “pelayan rakyat” yang kuat &
dapat dipercaya (الْقَوِيُّ الْأَمِينُ : QS. 28: 26). Secara umum, orang dipercaya
karena 2 hal, yaitu:
a.
Integritas
kepribadiannya, seperti: shiddiq (benar & jujur), adil, ramah, istiqamah
& bertanggung jawab. Uswatun hasanah
b.
Kemampuannya,
seperti: profesional/ahli dalam memenej tugas, atau fathanah /cerdas.
3. Syajâ‘ah, yaitu: berani menyatakan
kebenaran & memutuskan perkara secara adil & bijak, serta berani
menyeru pada kebaikan & mencegah kemungkaran. Hanya orang yang benar-benar
bersih & yakin akan kebenaran yang diperjuangkannya serta takut pada Allah
yang berani menyampaikan kebenaran risalah Ilahi.
4.
Mencintai
& dicintai Rakyatnya, Bukti kecintaan pemimpin terhadap rakyatnya yaitu dia
kenal & dekat dengan rakyatnya, peka dan peduli terhadap nasib rakyatnya,
tidak mau menyusahkan mereka dan selalu mendoakannya. Kemampuan merasakan
penderitaan manusia dan sangat peduli dengan keselamatan mereka, dan dimiliki
oleh Nabi saw yang tulus mencintai mereka.
5.
Uswatun
Hasanah, yaitu: bisa menjadi teladan yang baik dan teduh sehingga mampu
mendidik orang yang dipimpinnya dengan keteladanan dan nasihat yang baik pula.
A.
PENDEKATAN SIFAT KEPEMIMPINAN
Sifat-sifat
yang melekat pada diri seorang pemimpin yang melakukan kepemimpinan (menurut pendekatan sifat) adalah sifat-sifat kualitatif berikut:
1)
Intelijensi yaitu pemimpin
cenderung punya intelijensi dalam hal kemampuan bicara, menafsir, dan bernalar
yang lebih kuat ketimbang yang bukan pemimpin.
2) Kepercayaan diri adalah keyakinan akan
kompetensi dan keahlian yang dimiliki, dan juga meliputi harga diri serta
keyakinan diri.
3) Determinasi
adalah hasrat menyelesaikan pekerjaan yang meliputi ciri seperti berinisiatif,
kegigihan, mempengaruhi, dan cenderung menyetir.
4) Integritas
adalah kualitas kujujuran dan dapat dipercaya. Integritas membuat seorang
pemimpin dapat dipercaya dan layak untuk diberi kepercayaan oleh para
pengikutnya.
5) Sosiabilitas
adalah kecenderungan pemimpin untuk menjalin hubungan yang menyenangkan.
Pemimpin yang menunjukkan sosiabilitas cenderung bersahabat, ramah, sopan,
bijaksana, dan diplomatis. Mereka sensitif terhadap kebutuhan orang lain dan
menunjukkan perhatian atas kehidupan mereka.
Sementara
itu, secara kuantitatif,
pendekatan sifat sebagai berikut:
1) Neurotisisme yaitu kecenderungan menjadi depresi, gelisah, tidak
aman, mudah diserang, dan bermusuhan;
2) Ekstraversi yaitu kecenderungan menjadi sosiabel dan tegas serta
punya semangat positif;
3) Keterbukaan yaitu kecenderungan menerima masukan, kreatif, berwawasan,
dan punya rasa ingin tahu;
4) Keramahan yaitu kecenderungan untuk menerima, menyesuaikan
diri, bisa dipercaya, dan mengasuh; dan
5) Kecermatan yaitu kecenderungan untuk teliti, terorganisir,
terkendali, dapat diandalkan, dan bersifat menentukan.[1]
3
Menurut Agus
Sabardi kepemimpinan harus punya sifat-sifat sebagai berikut:4
1) Sifat fisik
yaitu kuat, sehat, menarik.
2) Sifat
kepribadian yaitu ambisi, percaya diri, jujur, berinisiaif, cepat tanggap,
tenang, mampu bermajinasi,kemampuan verbal, bijaksana, adil, cerdas, rajin,
berprestasi, bertanggung jawab.
3) Sifat sosial
yaitu simpati, sabar, tenggang rasa, dapat dipercaya, berpatisipasi.
B.
FUNGSI KEPEMIMPINAN
1. Fungsi Perencanaan
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi
organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi.
Manfaat – manfaat tersebut antara lain :
a)
. Perencanaan merupakan
hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaanuntuk memutuskan apa yang
akan dilakukan
b)
Perencanaan berarti
pemikiran jauh ke depan disertai keputusan – keputusan yang berdasarkan atas
fakta – fakta yang diketahui
c)
Perencanaan berarti
proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan yang akan dilakukan dan
tujuan atau target yang akan dicapai.
2. Fungsi memandang ke depan
Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu
mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan. Hal
ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang dituju akan
dapat berlangusng terus menerus tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan yang
merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin harus peka terhadap perkembangan situasi
baik di dalam maupun diluar organisasi sehingga mampu mendeteksi
hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun yang besar.
3. Fungsi pengembangan loyalitas
Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga
unutk para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai
kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam
pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari – hari yang menunjukkan kepada
anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari
loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
4. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti
kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan –
hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan
kembali berlangsung menurut rel yang elah ditetapkan dalam rencana .
5. Fungsi mengambil keputusan
Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah
dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan
pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil
keputusan. Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individu,
kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul tertulis
dan lain sebagainya.
6. Fungsi memberi motivasi
Seorang pemipin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak
buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi
anak buahnya agar rajinbekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap
organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran, hadiah,
piujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh anak buah sebab mereka
merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya.
Di lain pihak, seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil
tindakan terhadap anak buahnya yang menyeleweng, yang malas dan yang telah
berbuat salah sehingga merugikan organisasi, dengan jalan memberi celaan,
teguran, dan hukuman yang setimpal dengan kesalahannya. Untuk melaksanakan
fungsi fungsi ini sebaik- baiknya, seorang pemimpin perlu menyelenggarakan
daftar kecakapan dan kelakuan baik bagi semua pegawai sehingga tercatat semua
hadiah maupun hukuman yang telah diberikan kepada mereka.5
C. GAYA KEPEMIMPINAN
Berdasarkan
pendapat Drs. A.S. Moenirmembagi gaya kepemimpinan sebagai berikut:
1. Gaya eksploitatif:
a.
Memeras tenaga bawahan sedemikian
sehingga mengabaikan hak-hak pegawai, misalnya cuti, istirahat, upah yang tidak
sesuai,dll.[2]
b.
Tidak menghargai pendapat atau saran bawahan.
c.
Semua keputusan dilakukan
sendiridan tidak dilimpahkan kepada bawahan.
d.
Mengutamakan sanksi
hukuman sebagai usaha untuk menegakkan disiplin.
2. Gaya otoritatif
a.
Sedikit memberi
kelonggaran kepada bawahan untuk mengajukan pendapat atau saran kepada pemimpin
b.
Pengambilan keputusan berada ditangan
pemimpin, hanya sedikt sekali melimpahkan kepada bawahan.
c.
Penerapan sanksi hukuman
masih ada sebagai usaha untuk menegakkan disiplin kepada bawahan.
d.
Kurang adanya penghargaan
terhadap hasil karya yang telah dilakukan bawahan.
3. Gaya konsultatif
a.
Pemimpin memberikan
kesempatan kepada bawahan untuk mengajukan pendapat dan saran berkenaan dengan
pekerjaan.
b.
Memberikan kesempatan
kepada bawahan ikut serta dalam pembuatan keputusan.
c.
Pendisiplinan kerja dilakukan
dengan cara memotifasi.
d.
Sanksi hukuman masih
tetap dilakukan, tetapi dengan cara yang edukatif dan secara bertingkat melalui
peringatan-peringatan
4. Gaya partisipatif
a.
Masalah-masalah
pelimpahan wewenang dan tanggung jawab termasuk pembuatan keputusan telah dilaksanakan kepada pimpinan
bawah.
b.
Penerapan sanksi sangat
minim oleh karena pada dasarnya semua orang sudah tahu dan sadar tentang apa
yang harus dilakukan dan bagaimana bentuk hasil yang diharapkan.
c.
Hubungan antara atasan
dan bawahan akrap, dengan batas wajar tanpa mengorbankan sopan santun.6[3]
Sedangkan menurut pendapat Agus Sabardi membagi gaya kepemimpinan
kepada beberapa bagian sebagai berikut:
1.
Gaya otoriter
Pemimpin memusatkan kekuasaan dan keputusan-keputusan pada diri
pemimpin sendiri.para bawahannya hanya diberi informasi secukupnya untuk melaksanakan
tugas yang diberikan oleh pemimpin.
2.
Gaya demokratis
Pemimpin mendelegasikan wewenangnya secara luas. Pemimpin memberi
informasi kepada bawahan sebanyak-banyaknya tentang tugas dan pekerjaan mereka.
3.
Gaya bebas
Pemimpin hanya berpatisipasi minimun, para bawahannya menentukan
sendiri tujuan yang akan dicapai dan menyelesaikan sendiri masalahnya.7[4]
4 Sabardi,Agus.1997.Manajemen Pengantar.Yogyakarta:Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar